Sabtu, 28 Januari 2012
Rabu, 25 Januari 2012
tulisan-NYA
Siang kali ini matahari biaskan teriknya, desau semilir angin disela
cemara yg tak lagi rimbun mengitari bibir pantai dekat rumahku,
lamunanku kembali menyeruak,kala itu aku bermain disana,bermain dan
terus bermain tak peduli panas yg myengat,sayup2 terdengar bapak
bertanya "mana anak2?" ummi mjawab biasa pak mereka sedang bermain, aku
masih terus bersenda,melompat dan sesekali berteriak melagukan
syair2 yg tak berjudul,hingga ummi mengingatkan dan berkata "sudah
cukup mainnya siap2 dhuhur kemudian makan siang" saat itu kesal
bercampur senang.. Lantunan ayat2 suci dari meunasah dikampungku
membuyarkan lamunanku, ya aku hrs bersiap2 untuk kembali,ya kembali
menemui cintaku (adinda tunggu cut bang kembali ya)..(kenangan)
Sore ditepi pantai,dikotaku,terasa kembali pada masa lalu, kaki2 kecil berlari mhindar debur ombak, bahagianya, tersentak oleh sapaan seorang wanita peminta renta..miris hati ini, dan dia mendoakan kbaikan untukku,subhanallah berqahi dia ya RABB..setelah itu aku kembali lg mnerawang masa kecilku (kenangan)
Aku kembali nyusuri jalan ini, hampir setiap tikungannya tlah terlukis jelas karena acap kali terlalui, jalan ini mbuatku sll bertaruh harap, dan doa mu adalah penerangnya, RABBI,kau maha tahu harapan hamba dan kapan waktu yg terbaik u terwujud, hamba ikhlas.
Lewat tengah malam, fikir mrantau mcari apa yg terbias, dari berbagai warna yg terjadi hari ini, kalut yg bergelayut coba tuk singkirkan walau masih melekat, aku masih terdiam disini diatas sajadah merah pmberianmu, derdoa dlm diam dan raga bergetar krn dinginnya air wudhu yg masih terasa..aku masih disini, dengarlah pintaku...semakin lirih.
Mngambang kemasa lalu, saat lelah ku rebahkan kepala dipangkuanmu, kau usap sambil terus lafazkan doa2 lirih hingga pergi penat ini, sesekali kau kecup kening ini dan berkata tidurlah nak, esok kan kau temui bahagia dari dukamu hari ini..aku lara.
Siang ini didipan sbuah rumah sakit, aku menunggu..lalu lalang dihadapanku bermacam insan dgn berbagai ekspresi dan rasa sakit, semua ingin lbh baik, mnilik kembali keruang hatiku, aku jg demikian berada disini untuk harapan lebih baik..walau hrs mnanti.
Menggugat hati agar tak larut dalam prosesi yg mhentikan rasa, ritual demi ritual yg dilakoni semestinya tetap dalam logika, jika tak berpengaruh biar kan ia pergi walau suatu masa akan kembali, agar lega sang jiwa mengikuti rotasi pada porosnya.
Semalam bersamamu
Kau tampak sedikit kepayahan
Namun terus temani aku
Itulah kekuatan sepenuhnya
Walau tak yersadari
Mbahagiakan org lain adalah ibadah
Dan kamu melakukannya malam itu
Jika air mata tercipta untuk mruahkan rasa, lalu knapa hrs ada perih, bukan kah perih bisa pergi dgn aliran nya? Jika cinta mberikan bahagia lalu mengapa hrs ada duka? Jika semua hrs seperti keinginan tak perlu ada takdir kan? Tp semua ada tempat dan porosnya masing2, tak semua org sama kekuatan dan rasanya untuk siap menerima luka.
Jgn ragu tuk memutuskan apa yg mjadi getar di hati yg terdalam, krn tuhan mciptakan hati dengan berbagai sisi yg fitrah, hingga suatu ketika hati berbisik padamu yg terbaik dgn sgala pilihan..maka jgn kotori hati dan mengabaikannya.
Berhentilah mengeluh, lihat dan renungilah bukankah nikmat yg terasa lebih besar dari pada duka mu, mengeluh hanya kan membuatmu terhenti pada satu titik yg mjerumuskanmu dalam kputusasaan yg tak berujung..
Jadikan cinta sebagai rasa yg bertahta pada tempatnya, krn sebenarnya cinta adalah ketika ktulusan dan keikhlasan mgitarinya tanpa keinginan yg mnuntut sbuah keharusan yg menghalalkan dosa atas nama cinta.
Tak pernah berharap lebih agar kecewa tak menghampiri, langkah kemarin mamacuku tuk melangkah beberapa saat lagi sebelum mnemukan tempat myandarkan lelah kemudian istirahat tuk sebuah penat.
Memberikan yg terbaik agar mjadi pesona yg terukir diingatan sang penikmat,kemenangan bukan tujuan tp hanya harapan, terwujud atau tidak itu hanya proses.
Masih pada pementasan yang sama, sang penari terus merangkai harap lewat gerak yg terkadang tak beraturan, melompat,berlari kecil tak jarang berteriak mgimbangi ritme kegelisahan tanpa syair, sang penari terus bergerak walau tlah lelah, krn pmentasan masih belum usai.
Jelang 13 februari 2012
Setahun yg lalu aku menyusuri jln yang sama, pulang..pulang kerumah tua kami, rumah kami dibesarkan. Dijalan yg sama ini setahun yg lalu perasaan ini berkecamuk, pulang ya dek..suara dr kampung menyeruku..dan aku pulang dengan doa sepanjang jalan ini, wajah ummi begitu lekat dlm setiap desah ku dan kejapan mata mnahan tangis, setahun yg lalu disepanjang jalan ini aku terus mohon ketenangan jiwa,dan hr ini kenangan itu kembali seperti kuulangi.
Langganan:
Postingan (Atom)